Storynomics Tourism: Strategi Jitu Tingkatkan Daya Saing Destinasi Wisata
Pernah dengar storynomics tourism? Istilah ini mulai didengungkan di tengah pesatnya perkembangan teknologi dunia. Disebut-sebut bahkan menjadi strategi baru di sektor pariwisata.
Singkatnya, storynomics tourism adalah pendekatan pariwisata yang mengedepankan narasi, konten kreatif, living culture, dan menggunakan kekuatan budaya sebagai DNA destinasi.
Dengan kata lain, storynomic tourism merupakan cara mengemas keindahan pesona Indonesia dalam sebuah cerita yang menarik, sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara mengunjungi Indonesia.
Setiap destinasi wisata di Indonesia itu kan memiliki warisan historis, geologis, hingga geografis yang berbeda-beda. Keunikan inilah yang akan menjadi nilai tambah yang bisa dilakukan Indonesia melalui storynomics tourism.
Storynomic tourism diharapkan akan menjadi gaya baru dalam promosi pariwisata yang dapat mendatangkan wisatawan. Strategi ini juga diharapkan akan membantu mengenalkan tempat wisata Indonesia melalui berbagai konten menarik dan kreatif.
Tak hanya itu, penerapannya tentu bisa mengangkat kisah-kisah menarik dari daerah di Indonesia ini berguna mengenalkan berbagai macam budaya khas setiap daerah.
Dari informasi yang dihimpun, pemerintah Indonesia berencana menjadikan storynomics tourism sebagai salah satu strategi promosi dan pengembangan pariwisata Indonesia, khususnya di 5 Destinasi Super Prioritas, yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.
Sebagai contoh, salah satu storynomic tourism yang akan dikembangkan di Danau Toba, melalui “asal-usul” terbentuknya danau kaldera terbesar tersebut.
Seperti kita tahu, Danau Toba memiliki sejarah yang menarik karena merupakan hasil letusan gunung berapi maha dahsyat yang memengaruhi 60% populasi di dunia kala itu.
Selain itu, storynomic tourism di Danau Toba juga akan mengangkat dan mengemas bagaimana budaya Batak yang luar biasa indah.
Melalui strategi ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih luas mengenai cerita-cerita menarik di balik Destinasi Super Prioritas tersebut.
Maka dengan strategi ini akan timbul awareness dan experience dari para wisatawan, sehingga dapat menceritakan kembali kisah tersebut ke wisatawan lainnya.
Sebagai penunjang strategi storynomics tourism, pemerintah juga terus mengembangkan aspek 3A, yaitu atraksi, aksesibilitas, dan amenitas di 5 Destinasi Super Prioritas.
Selain itu, juga akan memberikan pelatihan kepada para pemandu wisata di 5 DSP, memanfaatkan para influencer untuk mempromosikan, hingga meletakkan sign/barcode berisi informasi lengkap terkait adat, tradisi, kuliner, dan budaya di destinasi wisata tersebut.
Dari pendekatan storynomics tourism ini, menjadi upaya dapat menarik wisatawan mancanegara ke Indonesia sebesar 4-7 juta kunjungan wisatawan.
Rencananya, program storynomics tourism tidak hanya diterapkan di 5 Destinasi Super Prioritas saja, namun juga dikembangkan di 244 desa wisata yang telah menjadi prioritas Kementerian Pariwisata.
Tidak sendirian, program storynomics tourism ini akan melibatkan kolaborasi lintas kementerian dan lembaga terkait, pemda sekitar kawasan Destinasi Super Prioritas, serta peran komunitas lokal, BUMDes dan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) dalam mengelola destinasi wisata.
Ke depannya, dengan instansi pemerintah lainnya juga akan terus mendorong berbagai tempat wisata untuk selalu patuh protokol kesehatan. Termasuk menerapkan CHSE: Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keamanan), dan Environment Sustainability (kelestarian lingkungan) di setiap sektor pariwisata Indonesia.
Tentunya dengan adanya strategi storynomics tourism, diharapkan dapat menjadi langkah baru dalam mengenalkan cerita menarik dari berbagai destinasi wisata di Indonesia, sehingga semakin dikenal di kancah internasional.