Pandangan para stakeholder tentang tren pariwisata kekinian sangat penting bagi pengambilan kebijakan dan pembuatan strategi untuk memajukan sektor pariwisata.

Pada buku Outlook Pariwisata 2025, bab Expert Survey membawa temuan mendalam bagi para pembaca, melibatkan berbagai pakar dari kalangan industri, akademisi, dan pemerintah. 

Ada beberapa poin yang disurvei dari para ahli. Poin-poin tersebut di antaranya adalah tren pariwisata ke depannya, faktor-faktor yang akan mendorong dan menghambat pertumbuhan sektor pariwisata, pasar potensial wisatawan mancanegara, dan faktor kunci pertumbuhan pariwisata.

Salah satu temuan yang mengemuka adalah bahwa minat wisatawan terhadap cultural immersion atau pengalaman budaya yang mendalam diprediksi akan terus meningkat (58,97%).

Tren ini mencerminkan keinginan wisatawan untuk mendapatkan pengalaman yang lebih mendalam dan autentik dengan budaya lokal saat berwisata.

Selanjutnya, 56,41% ahli menyatakan bahwa health and wellness tourism akan menjadi tren, terlihat dari tahun sebelumnya di mana terdapat peningkatan minat terhadap wisata kesehatan dan kebugaran.

Wisatawan mulai melirik kesehatan, relaksasi, dan kesejahteraan pribadi sebagai bagian dari aktivitas, terutama dalam konteks pemulihan pasca pandemi—masa di mana terdapat peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental. 

Selain itu, eco-tourism atau wisata ramah lingkungan (46,15%) juga masih menjadi tren yang relevan. Kesadaran akan isu lingkungan mendorong wisatawan untuk memilih destinasi dan aktivitas wisata yang berkelanjutan.

Hasil survei ahli pada tahun 2023 dan 2024 menunjukkan konsistensi tren pariwisata, dengan cultural immersion, health and wellness tourism, dan eco-tourism sebagai fokus utama. 

Sementara itu, para ahli juga memprediksi aktivitas luar ruang dan petualangan menjadi tren yang akan muncul ke depannya. Aktivitas luar ruang itu di antaranya star bathing atau menikmati pemandangan langit malam yang dipenuhi bintang.

Lalu, Gig-tripping yang merujuk pada fenomena di mana penggemar merencanakan perjalanan, bahkan lintas negara, untuk mengikuti tur artis favorit mereka dan coolcations yaitu konsep liburan di tempat yang lebih sejuk seperti pegunungan, danau, dan hutan.

Hambatan utama yang diprediksi akan memperlambat pertumbuhan sektor pariwisata di masa depan adalah kondisi ekonomi global (71,79%).

Faktor eksternal lainnya yang perlu diwaspadai adalah ketidakstabilan geopolitik (46,15%) yang berpotensi mengganggu konektivitas dan minat wisatawan.

Kenaikan harga akomodasi dan transportasi (46,15%) serta perubahan perilaku wisatawan (23,08%) turut menjadi tantangan. 

Sementara Faktor-faktor yang diprediksi akan mendorong pertumbuhan pariwisata di Indonesia pada tahun 2024-2025 meliputi beberapa aspek penting.

Stabilitas ekonomi domestik dan global menjadi faktor utama (46,15%) diikuti dengan pengembangan destinasi pariwisata yang berkualitas dan inovatif (38,46).

Sinergi antar lembaga dalam membangun pariwisata Indonesia, sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas, dan promosi pariwisata yang efektif juga memainkan peran penting. 

Dalam meningkatkan pariwisata Indonesia pada tahun 2024-2025, pemetaan pasar potensial wisman menjadi krusial. Pemasaran yang fokus pada negara-negara potensial secara kualitas dan kuantitas akan lebih efektif.

Pendapat ahli didominasi oleh pemikiran bahwa pasar Asia Timur (71,79%) memiliki potensi untuk memper cepat pertumbuhan pariwisata Indonesia, disusul dengan Asia Tenggara (53,85%) dan Oseania (51,28%) yang selama ini masih menjadi pasar utama industri pariwisata Indonesia

Dilihat dari negaranya, para ahli menyatakan bahwa Tiongkok, Australia, India, Malaysia, dan Singapura masih akan menjadi pasar yang potensial bagi pengembangan pariwisata Indonesia.

Namun, tidak menutup kemungkinan adanya pasar baru seperti dari Timur Tengah yang memiliki durasi tinggal lebih lama dan pengeluaran lebih tinggi dibandingkan pasar tradisional seperti ASEAN.

Tren perjalanan semakin bergeser dengan dilakukan secara lebih berkesadaran dibanding pra-pandemi; dari sekadar liburan menjadi pengalaman yang lebih transformatif.

Wisatawan semakin mencari perjalanan yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga menginspirasi dan mendidik. 

Menghadapi cuaca ekstrem yang terus terjadi, wisatawan mulai mempertimbangkan kunjungan ke destinasi yang relatif lebih sejuk. Tren coolcations, atau konsep liburan di tempat yang lebih sejuk jadi semakin diminati.

Tren ini dapat dilakukan di pegunungan, danau, hutan, sungai, bahkan di pantai yang terletak di kawasan dengan hawa yang relatif sejuk. 

Di Indonesia, sebagai alternatif dari kepadatan dan keramaian Bali Selatan, Bali Utara menawarkan alternatif dan berpotensi besar untuk destinasi coolcations, khususnya pada kawasan Kaldera Gunung Batur yang tergabung dalam Global Geopark Network oleh UNESCO.