Motor Brebet Pakai Pertalite Bikin Gempar, Apa yang Terjadi?
Motor brebet pakai Pertalite bikin gempar akhir-akhir ini usai dikeluhkan banyak pengendara. Apa penyebabnya? Apakah karena kualitas BBM atau kondisi mesin? Simak penjelasan lengkapnya.
Beberapa hari terakhir, media sosial dan bengkel-bengkel di Jawa Timur ramai oleh keluhan yang sama: motor tiba-tiba brebet atau tersendat setelah diisi Pertalite.
Fenomena ini terjadi hampir serentak di berbagai daerah seperti Bojonegoro, Sidoarjo, hingga Lamongan. Warganet menyebutnya sebagai “wabah motor brebet massal”, karena begitu banyak motor yang mengalami gejala serupa dalam waktu berdekatan.
Masalah ini kemudian viral karena tidak hanya menimpa satu dua orang, melainkan ratusan pengguna motor yang melaporkan kendala mesin setelah mengisi bahan bakar jenis Pertalite di SPBU tertentu.
Banyak yang curiga, jangan-jangan ada perubahan formula atau penurunan kualitas bahan bakar. Namun, benarkah Pertalite penyebab utama motor brebet?
Untuk menjawab hal ini, Prof. Dr. Bambang Sudarmanta, pakar teknik mesin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), memberikan penjelasan teknis yang menarik.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan motor brebet setelah mengisi Pertalite dan tidak semuanya langsung menyalahkan bahan bakar itu sendiri.
Disampaikan Prof. Bambang, fenomena motor brebet pakai Pertalite bisa dipicu oleh kombinasi beberapa hal. Pertama, kualitas bahan bakar yang tidak selalu konsisten.
Pertalite memiliki angka oktan (RON) 90, sementara banyak motor modern saat ini dirancang dengan kompresi tinggi yang idealnya membutuhkan bahan bakar dengan oktan lebih tinggi, seperti RON 92 (Pertamax).
Akibatnya, proses pembakaran bisa tidak sempurna dan membuat mesin terasa berat atau tersendat. Kedua, kemungkinan adanya air yang tercampur di bahan bakar.
Dalam kondisi tertentu, air bisa masuk ke tangki penyimpanan di SPBU, apalagi jika tutup tangki tidak rapat atau saat hujan deras. Jika air ikut tersedot ke ruang bakar, mesin bisa langsung kehilangan tenaga dan timbul gejala brebet.
Faktor ketiga adalah endapan atau kotoran dalam tangki SPBU. Tangki bawah tanah di SPBU menyimpan bahan bakar dalam jumlah besar, dan jika lama tidak dibersihkan, endapan bisa ikut tersedot ke dispenser saat pengisian.
Partikel halus atau “gum” ini dapat menyumbat filter bahan bakar atau injektor, membuat suplai bensin ke mesin tidak lancar. Hasilnya? Motor terasa tersendat-sendat.
Prof. Bambang juga menyoroti Air Fuel Ratio (AFR) atau rasio udara dan bahan bakar di dalam mesin. Mesin injeksi modern sangat sensitif terhadap perbedaan kualitas bahan bakar.
Jika bensin yang masuk punya sifat penguapan (volatilitas) berbeda, sistem ECU motor bisa butuh waktu untuk menyesuaikan. Selama proses adaptasi itu, gejala brebet bisa muncul.
Kasus ini mulai ramai sejak Jumat (24/10/2025) lalu di Bojonegoro. Dalam satu hari, sebuah bengkel di kota itu menerima lebih dari 40 motor dengan keluhan sama: tarikan berat, mesin tersendat, dan busi cepat mati.
Tak lama, laporan serupa muncul dari Sidoarjo dan Lamongan. Dalam tiga hari, puluhan bengkel di wilayah Jatim ramai oleh motor yang mengalami gejala serupa, kebanyakan dari pengguna motor skutik injeksi keluaran terbaru seperti Honda BeAT dan Vario.
Menariknya, sebagian besar motor bermasalah baru saja mengisi Pertalite dari SPBU tertentu. Beberapa mekanik kemudian mencoba solusi cepat, seperti menguras tangki, mengganti busi, atau mencampur Pertalite dengan Pertamax.
Hasilnya, sebagian motor kembali normal, tapi sebagian lainnya tetap brebet. Petugas SPBU di beberapa lokasi mengaku menerima banyak keluhan. Mereka pun telah melapor ke pusat dan menunggu tindak lanjut dari Pertamina.
Bahkan, ada pengakuan bahwa aroma Pertalite di SPBU tertentu “lebih menyengat dari biasanya”. Hal ini memunculkan dugaan adanya perbedaan formula atau campuran pada bahan bakar.
PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus pun turun tangan. Mereka mengumpulkan sampel bahan bakar dari sejumlah SPBU untuk diuji di laboratorium.
Posko pengaduan juga dibuka agar masyarakat bisa melapor jika mengalami masalah serupa. Hingga kini, hasil resmi pengujian bahan bakar tersebut belum diumumkan ke publik.
Meski laporan motor brebet pakai Pertalite makin banyak, pakar dari ITS mengingatkan agar masyarakat tidak buru-buru menyalahkan satu pihak.
Menurut Prof. Bambang, kasus seperti ini seringkali melibatkan banyak variabel teknis. Bisa jadi karena campuran udara, kondisi busi, sistem injeksi, atau sensor mesin yang belum menyesuaikan.
“Kalau mesin motor injeksi modern diisi bahan bakar dengan oktan lebih rendah, ECU-nya akan berusaha menyesuaikan. Tapi kadang, penyesuaian ini butuh waktu beberapa kilometer,” jelasnya.
Jadi, motor bisa brebet di awal, tapi kembali normal setelah ECU membaca pola pembakaran baru. Selain itu, faktor cuaca dan kelembapan juga bisa berpengaruh.
Saat musim hujan, kandungan air di udara tinggi dan bisa mempercepat proses kondensasi di tangki bahan bakar. Itulah mengapa beberapa bengkel menyarankan agar pengendara rajin memeriksa filter udara dan tidak membiarkan tangki kosong terlalu lama.
Pihak Pertamina sendiri belum mengumumkan hasil uji laboratorium, namun memastikan bahwa standar kualitas Pertalite tetap sama seperti sebelumnya.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, menyatakan bahwa setiap distribusi BBM selalu melalui pengecekan ketat. Jika ditemukan anomali, pihaknya siap melakukan investigasi lebih lanjut.
Sementara itu, masyarakat diimbau melapor jika mengalami gejala serupa setelah mengisi bahan bakar. Nomor kontak pengaduan dan kanal digital MyPertamina sudah disiapkan untuk menampung laporan dari berbagai wilayah.
Walau belum ada kesimpulan pasti, fenomena ini jadi pengingat penting bahwa spesifikasi bahan bakar dan mesin kendaraan memang saling berkaitan.
Motor keluaran terbaru dengan kompresi tinggi sebaiknya menggunakan bahan bakar beroktan minimal 92 untuk menjaga performa mesin.
Namun, jika harus memakai Pertalite, pastikan SPBU tempat mengisi terpercaya dan rutin melakukan perawatan tangki.
Fenomena motor brebet pakai Pertalite memang menghebohkan, apalagi karena skalanya luas dan terjadi hampir bersamaan di beberapa kota. Namun, para ahli menilai hal ini belum tentu karena perubahan formula BBM.
Bisa jadi karena faktor campuran air, filter kotor, atau ketidaksesuaian mesin dengan bahan bakar RON 90. Yang pasti, pengendara disarankan tidak panik.
Jika motor terasa brebet setelah mengisi bahan bakar, coba periksa dulu busi, filter, dan sistem injeksi. Kalau masalah berlanjut, laporkan ke bengkel atau SPBU tempat mengisi.
Pemeriksaan menyeluruh kini sedang dilakukan, dan publik menunggu hasil resmi uji bahan bakar dari Pertamina.
Selama itu, yang terbaik adalah tetap tenang, memilih bahan bakar sesuai spesifikasi kendaraan, dan memastikan motor dalam kondisi prima sebelum berkendara. (Dila Nashear)