Siapa yang pernah mendengar lagu Bandung Lautan Api ! Tidak hanya sekedar lagu, Bandung memang salah satu kota dengan banyak sekali peristiwa sejarah. Berbagai peristiwa sejarah tersebut, tidak hanya ditulis, dalam sebuah buku atau lagu saja, namun juga berwujud fisik, seperti adanya bangunan bersejarah, monumen dan yang lainnya, yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Anda yang tertarik untuk menyusuri rekam jejak sejarah perjuangan bangsa yang ada di kota Bandung, maka berikut adalah beberapa tempat wisata bersejarah yang dapat dikunjungi :

Jl. Asia Afrika 

Jika berkunjung ke Bandung, pasti sudah di asing dengan jalan yang satu ini. Sebagai salah satu jalan tertua di Bandung, pastinya lokasi ini menyimpan banyak cerita sejarah, terutama yang berhubungan dengan peristiwa Konferensi Asia – Afrika (KAA), yang dilakukan di Bandung.

Photo By: https://i.pinimg.com/

Selain itu, jalan ini juga sekaligus menjadi saksi bisu dari perjuangan rakyat Bandung, dalam meraih kemerdekaan dari penjajah Belanda. Di sepanjang jalan ini juga Anda akan menemukan berbagai bangunan bersejarah yang ada di kota Bandung, seperti Masjid Raya Bandung, Gedung Merdeka, Hotel Savoy Homann, Alun-Alun Bandung, dan yang lainnya.

Hotel Savoy Homann Bandung

Masih berada di Jl. Asia Afrika, tepatnya di bagian kiri, Anda akan melihat sebuah hotel cantik bergaya Art Deco. Dimana bangunan tersebut dirancang dan sengaja meniru desain Gelombang Samudra oleh seorang bernama Albert Aalbers. Awalnya hotel ini milik keluarga Homann, yang menggunakan namanya sebagai nama hotel. Sudah sejak dahulu hotel ini terkenal akan sajian kulinernya yang lezat, bernama rijsttafel.

Photo By: https://www.savoyhomannbandung.com/

Tepatnya pada tahun 1940, nama “Savoy” disematkan, untuk memberi penekanan pada hotel itu sendiri. Hingga era 1980-an, telah terjadi beberapa kali perombakan pada desain bangunan hotel tersebut. Termasuk dilengkapinya beberapa fasilitas seperti AC, toilet di pintu masuk, memperbesar ukuran daun pintu, dan yang lainnya. Mengingat lokasinya sendiri mempunyai pekarangan di halaman belakang, dan jauh dari jalan raya. Membuat para tamu, semakin betah menginap, dan melakukan sarapan pagi di udara terbuka.

Photo By: https://www.savoyhomannbandung.com/

Ketika Indonesia merdeka, bisnis hotel tersebut, kemudian diambil alih oleh pelaku bisnis lainnya, yaitu Grup Hotel Bidakara, dan dengan menyematkan namanya menjadi Savoy Homann Bidakara Hotel.

Kilometer 0 Bandung

Masih berlokasi di Jl. Asia Afrika, namun kali ini berada di posisi kanan jalan, berada tepat di depan gedung Bina Marga Provinsi Jawa Barat. Banyak orang yang menganggap kecil akan tanda tersebut. Namun sejatinya mempunyai arti besar bagi sejarah bangsa, terutama Bandung.

Photo By: https://cda.1001malam.com/

Ini adalah penanda bahwa tempat beradanya tugu tersebut, adalah kilometer 0, yang sekaligus sebagai tanda pusat dari kota Bandung.

Tugu ini, juga menjadi latar belakang sejarah, pembangunan jalan raya, antara Anyer dan Panarukan. Dimana proyek tersebut, dipegang oleh Gubernur Hindia Belanda H.W, Daendels.

Alun-alun Bandung 

Masih ada di Jl, Asia Afrika, dimana ini menjadi salah satu icon dan pusat keramaian di kota Bandung. Selain itu, lokasi ini, mempunyai sisi sejarah yang perlu diketahui oleh publik. Mengingat dahulu, ketika Bandung baru saja berdiri, dan kuda menjadi transportasi andalan untuk mengantar surat dan yang lainnya. Maka alun-alun ini mempunyai peran yang cukup penting.

Photo By: https://petatempatwisata.com/

Selain itu, daerah di sekitar alun-alun ini juga turut menjadi saksi sejarah menarik yang harus diketahui. Mulai dari sebuah jalan, yang bernama Jl. Banceuy, yang awalnya bernama Oude Kerkhof Weg. Awalnya ini adalah bekas kuburan China, namun lambat laun, lokasi tersebut, mulai ramai, dan hingga kini digunakan sebagai lokasi penjualan suku cadang mobil, dan juga peralatan listrik.

Kawasan Alun-Alun Bandung ini, sudah mengalami beberapa kali renovasi, yang diprakarsai oleh pemerintah setempat. Terakhir renovasi dilakukan tahun 2014 oleh walikota Ridwan Kamil, yang menjabat kala itu. Saat ini terdapat sebuah taman, dengan luas sekitar 1.200 meter persegi, yang menjadi kawasan objek wisata Bandung baru. Didalamnya sudah terdapat beberapa fasilitas yang akan memanjakan para pengunjungnya. Di bagian atas taman, terdapat hamparan rumput sintetis, dengan beberapa permainan anak, perpustakaan, hingga jaringan internet.

Masuk ke bagian utara, terdapat sebuah halte bus, yang dilengkapi dengan bangunan halte nyaman, yang berguna untuk mempermudah akses kedatangan dan keberangkatan, bagi masyarakat yang ingin atau pulang dari kawasan Alun-alun dan sekitarnya. Selain sebagai lokasi bermain, dan berwisata, di sekitar alun-alun ini juga terdapat wisata belanja menarik yang dapat dikunjungi, seperti kawasan Otto Iskandardinata, Jl. Dewi Sartika, dan yang lainnya.

Masjid Agung Bandung 

Masjid Agung Bandung ini, menjadi salah satu hal yang tidak terpisahkan dari keberadan Alun-Alun Bandung. Masjid yang menjadi masjid Provinsi ini, selain menjadi tempat beribadah bagi umat muslim juga mempunyai kisah sejarah yang menarik untuk digali. Mempunyai luas sekitar 23.448m2 dengan luas bangunan sekitar 8.575 m2 ini, mampu menampung sekitar 13.000 jamaah.

Bangunan in pertama kali berdiri sejak tahun 1810, dan hingga saat ini sudah mengalami 8 kali perombakan, hingga abad ke 19. Sedangkan abad ke 20 m sudah mengalami 5 kali perombakan, yang kemudian diresmikan oleh Gubernur yang menjabat kala itu, H.R. Nuriana pada 4 Juni 2003 silam.

Photo By: https://www.pegipegi.com/

Awalnya masjid ini menggunakan desain khas adat Sunda, kini sudah beralih rupa menjadi arsitektur khas dari Timur Tengah. Pada bagian sisi kanan dan kiri terdapat 2 buah menara dengan tinggi sekitar 81 meter. Kedua menara tersebut, dibuka untuk umum hanya pada hari Sabtu dan Minggu saja. Anda yang ingin menikmati panorama Alun-alun dari atas, tidak ada salahnya, jika mencoba menaiki menara tersebut.

Tidak hanya pergantian bangunan saja, hal ini juga terlihat dari pergantian atap, yang awalnya berbentuk Joglo, yang merupakan ciri khas bangunan Sunda. Kini diubah menjadi kubah besar, di bagian atap tengah. Yang lazimnya, atap seperti ini menjadi bangunan khas masjid.

Gubernuran Bandung  

Bangunan berikutnya yang juga sarat sejarah adalah Gedung Pakuan atau orang menyebutnya dengan Gubernuran. Bangunan ini dibangun pada tahun 1868 dan selesai pada tahun 1867. Ini atas perintah Gubernur Jenderal Ch.F.Pahud.

Bangunan ini sendiri dibangun, atas dasar pemindahan Ibukota Keresidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung. Akan tetapi pemindahan tersebut, baru terlaksana ketika dipimpin oleh residen Van der Moore. Proses pemindahan ini juga lebih disebabkan oleh bencana alam, yaitu meletusnya Gunung Gede, yang telah memporak-porandakan kota Cianjur.

Photo By: https://i0.wp.com/

Proses pembangunan gedung Pakuan ini sendiri berhasil dibangun, berkat dikerahkan pasukan Genie Militair, Belanda. Serta sokongan dari Bupati Bandung ke-8 kala itu, yaitu R.A Wiranatakusumah. Dimana bupati ini juga dikenal dengan sebutan Dalem Bintang R.A. Wiranatakusumah, yang menjabat tahun 1846 hingga 1847. Dalam proses pembangunan tersebut, Bupati kala itu, banyak mengerahkan tenaga dari para penduduk lokal, yang berasal dari Babakan Bogor, dan juga Balubur Hilir. Sebagai imbalannya, para penduduk yang terlibat dalam pengerjaan gedung tersebut, dibebaskan dari biaya pajak.

Salah satu desain arsitektur yang menarik dari gedung yang satu ini adalah digunakannya gaya Indische Empire Stijl, yang sangat berkelas. Dimana gaya tersebut, sangat disukai oleh Jenderal Herman Wilem Daendels. Adapun arsitektur atau perancang gedung Priangan tersebut adalah seorang insinyur sekaligus kepala Departement van Burgerlijke Openbare Werken (B.O.W). Beliau ini juga seorang staff dari karesidenan Van Der Moore.

Saat ini, Gedung Pakuan, digunakan sebagai tempat berdinasnya residen pertama yang memerintah di kota Bandung, hingga akhirnya menjadi gedung Gubernur Jawa Barat.

Stasiun Pusat Kereta Api Bandung

Jika dilihat dari sejarahnya, ide pembangunan awal, dari Stasiun Bandung ini ada kaitannya dengan dibukanya rel perkebunan di sekitaran wilayah Bandung dan sekitarnya. Bangunan ini dibangun pada tahun 1870-an, dan diresmikan para 17 Mei 1884, oleh pemerintah kala itu, yaitu Bupati Koesoemadilaga. Bersamaan dengan itu, jalur kereta api, jurusan Batavia – Bandung, melalui Bogor dan Cianjur pun dibuka.

Photo By: https://4.bp.blogspot.com/

Pastinya pembukaan jalur ini, sangat menguntungkan para pemilik perkebunan (Preanger Planters). Karena dengan adanya jalur ini, maka mereka dapat mengirimkan hasil kebun dengan cepat, ke Batavia. Tidak hanya sampai disana, guna menunjang, pengiriman hasil kebun, dibangun juga beberapa gedung penimbunan barang, yang letaknya dekat dengan stasiun Bandung, seperti yang ada di Cikudapateuh, Cibangkong, atau ada juga yang berada di daerah Kiaracondong, Kosambi, Braga, Ciroyom, Pasirkaliki, dan Andir.

Seni bagunan yang digunakan masih bergaya Art Deco yang nampaknya menjadi favorit para arsitektur kala itu. Itu sebabnya bangunan Stasiun Bandung,  tepatnya pada bagian selatan stasiun, masih terdapat hiasan kaca patri. Adapun arsitek yang dipercaya untuk membuat gedung stasiun Bandung tersebut adalah FJA Cousin.

Villa Isola Bandung 

Bangunan berbentuk unik ini, akan Anda temukan di dalam lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia, atau yang disingkat menjadi UPI. Dirancang oleh seorang C.P. Wolff Schoemaker ini, bangunan villa ini memang tampak indah dan asri. Tapi tahukah Anda bahwa gedung ini sempat dijadikan sebagai hotel, sebelum akhirnya dijadikan sebagai Perguruan Tinggi Pendidikan Guru di tahun 1953 oleh kementrian pendidikan!

Photo By: http://4.bp.blogspot.com/-

Masih menggunakan desain Art Deco, bangunan ini berdiri di atas dataran yang cukup tinggi. Dibangun pada tahun 1933, dan awalnya merupakan rumah tinggal dari seorang konglomerat Belanda bernama Dominique Wilhem Berrety. Tak lama kemudian, bagunan tersebut berpindah pemilik, yaitu Hotel Savoy Homann, dan kini digunakan oleh pihak rektorat UPI sebagai kantor.

Jl. Braga Bandung

Ini adalah salah satu jalan legendaris lainnya di kota Bandung, selain jalan Asia Afrika. Dimana sepanjang jalan tersebut, Anda akan menikmati berbagai objek wisata menarik, yang sarat akan nilai sejarah.

Sejak era 1920 hingga 1930-an, jalan ini dikenal dengan deretan bangunan kuno yang eksotis dan juga menarik. Selain itu, di kawasan ini juga kerap digelar “The Most Fashionable Street in The East Indies”. Dahulu pada zaman kolonial, kawasan ini dikenal sebagai surganya wisata belanja, bagi para pelancong yang datang.

Photo By: Attachment 1 - Notice of Intent to Bid.xlsx

Yang tidak banyak orang tahu, pada awalnya jalan ini, terkenal sebagai kawasan rawan kegiatan kriminal. Namun lambat laun, kawasan tersebut mulai ramai, terisi oleh para pengusaha Belanda yang mulai mendirikan toko, bar hingga tempat hiburan. Di tahun 1920 atau di tahun 1930 an, bermunculan juga berbagai toko pakaian atau Butik, dengan kiblat fashion kota Paris, Prancis.

Selain bangunan dan objek wisata sejarah di Bandung, yang disebutkan di atas, masih banyak lagi bangunan dan kawasan lainnya yang dapat dijelajah, seperti Gedung Sate, Gedung Merdeka, gedung Asia Afrika, aneka museum dan yang lainnya. Pastinya merasakan kembali nuansa elegan ala masa kolonial, yang umumnya ditemukan di berbagai bangunan Belanda tempo dulu, menjadi sebuah pelajaran, tentang bagaimana Indahnya kota Bandung tempo dulu.