Pacu Jalur Berasal dari Indonesia atau Malaysia Sih? Ini Jawabannya
Bingung tradisi pacu jalur berasal dari Indonesia atau Malaysia sih? Simak jawabannya dilengkapi sejarah, tradisi, dan fakta lengkap soal budaya tradisional itu yang saat ini sedang viral.
Belakangan ini, jagat media sosial diramaikan perdebatan soal budaya pacu jalur. Banyak yang penasaran dan bertanya tradisi ini sebenarnya berasal dari Indonesia atau justru Malaysia.
Pasalnya, sempat beredar video lomba perahu panjang yang viral lalu muncul komentar netizen Malaysia yang mengklaim itu budayanya. Nah, daripada salah paham, yuk kita bahas.
Menjawab pertanyaan pacu jalur berasal dari Indonesia atau Malaysia sih? Ternyata sudah sejak lama dikenal sebagai warisan budaya khas dari Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.
Tradisi ini bukan sekadar lomba, tapi punya sejarah panjang sejak masa kerajaan dan kolonial. Pemerintah Indonesia sendiri sudah menetapkannya sebagai Warisan Budaya Takbenda sejak 2014.
Kenapa bisa sampai diklaim pihak luar? Apa memang ada budaya serupa di negara tetangga? Dan apa yang bikin tradisi pacu jalur dari Riau ini istimewa dibandingkan tradisi perahu lainnya?
Tenang, semua pertanyaan yang membuat penasaran itu bakal Candi.id ulas melalui artikel ini dengan merujuk sumber-sumber terpercaya dan bisa dipertanggungjawabkan. Yuk dicatat.
Pacu jalur adalah perlombaan dayung perahu panjang (jalur) yang diperkirakan sudah berlangsung sejak abad ke-17, saat jalur berfungsi sebagai alat transportasi utama di sepanjang Sungai Kuantan.
Jalur dibuat dari batang kayu utuh tanpa sambungan, panjangnya bisa mencapai 25 meter hingga 40 meter, dan bisa memuat 40 sampai 0 pendayung sekaligus.
Perahu-perahu ini awalnya digunakan mengangkut hasil bumi seperti pisang dan tebu. Seiring waktu, ditambahkan ukiran, payung, talenan, dan hiasan lain untuk acara-acara adat dan perayaan besar seperti Maulid Nabi atau Idul Fitri.
Lomba pacu jalur muncul sebagai ekspresi kebanggaan komunitas lokal dan perkembangan budaya setempat. Tradisi ini umumnya digelar bersamaan dengan perayaan seperti Hari Kemerdekaan RI atau ulang tahun Ratu Belanda Wilhelmina di era kolonial.
Jalur-jalur diberi hiasan yang menonjolkan identitas budaya dan sosial masyarakat setempat.
Setiap tahunnya ribuan orang datang ke tepi Batang Kuantan untuk menyaksikan festival ini, yang kini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Kemendikbudristek sejak 2014.
Beberapa netizen di Malaysia sempat mengklaim bahwa pacu jalur adalah budaya mereka. Namun, Gubernur Riau Abdul Wahid dan Kepala Dinas Pariwisata Riau dengan tegas menyatakan tradisi ini milik Kuansing, Indonesia.
Klaim tersebut hanya karena kemiripan penggunaan perahu panjang, tapi secara historis, pacu jalur memiliki ciri khas ritual, hiasan, dan fondasi budaya yang sangat lokal.
Pacu jalur punya unsur budaya yang khas: keberadaan anak pacu (tukang tari) di ujung perahu yang menambah semangat, irama dayung, serta struktur komando dalam perahu – semua ini jadi identitas yang sulit ditemukan di budaya sejenis di negara lain.
Perahu jalur dibuat dari satu batang kayu besar tanpa potongan, lalu dihias dengan ornamen seperti kepala ular, buaya, harimau, payung, dan lambai-lambai.
Setiap bagian punya makna sosial, enis hiasan menunjukkan status komunitas atau nilai adat masing-masing kampung.
Posisi pendayung diatur sistematis: ada penjaga ritme (Tukang Onjai), pemimpin aba-aba (Tukang Concang), juru kemudi (Tukang Pinggang), dan penari (Anak Coki). Penari anak dipilih karena bobot tubuhnya ringan sehingga perahu tetap stabil namun cepat.
Belakangan ini, pacu jalur makin viral di media sosial karena fenomena “aura farming”. Video anak-anak menari di ujung perahu sempat di-repost akun-akun PSG dan AC Milan serta masuk Google Doodle Agustusan 2022.
Momen ini jadi momentum penting untuk memperkenalkan budaya lokal ke dunia.
Namun makin mendunia, makin banyak klaim. Walau benar, kesamaan konsep lomba perahu sangat mungkin karena budaya maritim Melayu tersebar luas, narasi klaim dari negara lain harus diluruskan dengan bukti sejarah yang kuat.
Jadi kalau ada yang tanya pacu jalur berasal dari Indonesia atau Malaysia sih? Secara tegas dari Indonesia, tepatnya dari Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.
Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-17, awalnya sebagai transportasi, lalu berkembang jadi festival budaya nasional hingga internasional.
Viralitas dan tren global seperti aura farming memang memperluas dampak budaya ini, tapi tidak serta-merta mengubah asal-usulnya. Indonesia sudah punya bukti sejarah yang kuat, pengakuan resmi pemerintah, dan warisan budaya tak benda.
Kalau ada klaim dari negara lain, itu lebih karena asimilasi budaya dan kemiripan budaya maritim, bukan karena pacu jalur itu milik mereka.
Kalau kamu suka budaya nusantara dan ingin tahu lebih dalam soal pacu jalur termasuk lokasi festival, cara nonton langsung, hingga tips menikmati suasananya tinggal bilang, ya! Kita bisa gali lebih banyak serunya lagi. (Dila Nashear)