Mengungkap Misteri Situs Megalitikum di Indonesia, Ini Deretan Faktanya
Indonesia dengan kekayaan budaya dan sejarahnya, menyimpan banyak peninggalan dari zaman prasejarah, salah satunya adalah situs megalitikum. Situs-situs ini menjadi bukti nyata keberadaan peradaban manusia purba yang hidup ribuan tahun silam.
Megalitikum, atau zaman batu besar, ditandai dengan penggunaan batu-batu besar sebagai sarana untuk keperluan ritual, pemujaan, atau kehidupan sehari-hari. Situs-situs megalitikum di Indonesia tidak hanya menarik perhatian para arkeolog.
Tetapi juga menjadi daya tarik bagi para pecinta sejarah dan wisatawan yang penasaran dengan misteri di baliknya. Misteri yang menyelimuti situs-situs megalitikum di Indonesia membuatnya semakin menarik untuk diteliti dan dijelajahi
Bagaimana manusia purba mampu memindahkan dan menyusun batu-batu besar tersebut? Apa makna di balik bentuk dan susunan batu-batu itu? Pertanyaan-pertanyaan ini terus memicu rasa penasaran dan mendorong penelitian lebih lanjut.
Selain nilai sejarahnya, situs-situs megalitikum juga memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata edukatif yang dapat memperkaya pengetahuan kita tentang peradaban manusia.
Dengan melestarikan dan mempelajari situs-situs megalitikum, kita tidak hanya menjaga warisan budaya nenek moyang, tetapi juga membuka jendela untuk memahami kehidupan manusia purba dan perkembangan peradaban manusia.
Situs-situs ini adalah bukti bahwa Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan kaya, yang patut kita banggakan dan jaga untuk generasi mendatang.
ini adalah 6 desa wisata dengan situs peninggalan megalitikum di Indonesia yang kini kerap dikunjungi para wisatawan
Kampung Adat Bena Bajawa (Flores)
Desa wisata peninggalan megalitikum yang memiliki suasana asri dan eksotis. Mempertahankan konsep tata wilayah khas megalitikum, rumah-rumah di Kampung Adat Bena Bajawa dibangun mengikuti kontur tanah.
Sehingga ketika dilihat dari kejauhan desa wisata ini tampak berundak. Masyarakat setempat percaya jika Kampung Adat Bena telah ada sejak 1.200 tahun silam.
Salah satu buktinya terdapat pada peninggalan megalitikum, berupa batu besar berbentuk lonjong yang dinamakan Watu Lewa. Selain itu ada juga batu berbentuk meja yang diberi nama Nabe. Kedua batu ini digunakan dalam ritual adat masyarakat Bajawa.
Desa Kamal (Jember)
Berada di Kecamatan Arjasa, Jember, Jawa Timur desa wisata ini terdapat beragam jenis batu peninggalan megalitikum yang tersebar di berbagai tempat. Mulai dari persawahan, rumah warga, hingga halaman kantor desa.
Peninggalan megalitikum di Desa Kamal berupa batu kenong, tugu batu, hingga menhir. Batu kenong merupakan jenis peninggalan yang paling unik dari Desa Kamal.
Sebutan batu kenong muncul karena tonjolan di bagian atas batu, yang sekilas menyerupai kenong (alat musik gamelan). Hingga saat ini telah ditemukan 59 batu kenong di Desa Kamal.
Masing-masing batuan memiliki satu hingga dua tonjolan. Jumlah tonjolan pada batu kenong punya makna tersendiri pada zaman megalitikum.
Batu dengan satu tonjolan melambangkan lokasi penguburan, sedangkan batu dengan dua tonjolan digunakan sebagai alas bangunan rumah.
Kampung Praiyawang (Sumba)
Di Sumba terdapat satu desa wisata megalitikum yang sangat menarik untuk dikunjungi, yakni Kampung Praiyawang yang berada di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Sumba Timur. Letaknya sekitar 69 km ke sebelah timur Kota Waingapu.
Jika berkunjung ke desa wisata ini, wisatawan tidak hanya bisa melihat peninggalan megalitikum, Namun juga menemukan suasana desa yang kental dengan adat istiadat perkampungan Sumba.
Kesan kuno nan magis di Kampung Praiyawang terlihat dari arsitektur rumahnya dan barisan kuburan tua megalitikum untuk kalangan bangsawan. Pada kuburan batu tersebut terdapat pahatan-pahatan yang menjadi simbol filosofi dari si pemilik makam.
Kampung Siallagan (Samosir)
Dalam bahasa Batak, wilayah ini disebut dengan Huta Siallagan, yang berarti Kampung Siallagan. Terletak di salah satu lokasi Destinasi Super Prioritas, Huta Siallagan konon telah ada sejak ratusan tahun silam.
Kampung Siallagan memiliki luas sekitar 2.400 meter persegi, dan dikelilingi tembok batu yang membentuk pagar setinggi 1,5-2 meter. Berdasarkan cerita turun-temurun, fungsi batu-batu tersebut adalah perlindungan desa dari binatang liar dan serangan suku lainnya.
Selain pagar batu, peninggalan megalitikum yang ada di Huta Siallagan berupa batu berbentuk kursi dan meja, yang dulunya digunakan sebagai tempat menghukum para pelanggar adat.
Desa Bawomataluo (Nias)
Desa wisata yang juga menyandang status sebagai desa budaya warisan dunia UNESCO ini memiliki peninggalan megalitikum yang ikonik. Peninggalan megalitikum di Desa Bawomataluo disatukan dalam Situs Tetegewo.
Situs ini menyimpan berbagai batu peninggalan megalitikum mulai dari berbentuk meja persegi, tugu, hingga meja bundar. Umumnya batu-batu di Situs Tetegewo digunakan sebagai tempat pesta.
Peninggalan megalitikum di Desa Bawomataluo diperkirakan telah ada sejak 5.000 tahun silam.
Desa Patemon (Situbondo)
Situbondo juga memiliki desa wisata megalitikum bernama Desa Patemon. Di desa ini diidentifikasi sedikitnya terdapat 26 peti jenazah dari batu atau sarkofagus. Serta ditemukan juga sisa perburuan liar pada zaman megalitikum yang terletak di dekat sarkofagus.
Lebih unik lagi, tim peneliti juga menemukan berbagai bekal kubur berupa manik-manik, fragmen gerabah, serta fragmen alat pertukangan dari zaman megalitikum di Desa Patemon, Situbondo.